Bercerai kita runtuh, bersatu kita teguh
Perceraian menjadi trending topic di Indonesia beberapa hari terakhir ini. Walau tidak mengenal dekat dengan tokoh yang sedang digosipin tetapi saya percaya mereka berdua orang yang sama-sama baik dan menghormati lembaga pernikahan. Tetapi kedalaman hati orang siapa yang tau….. Bercerai atau bertahan demi anak?
Bagi para Jomblo, boleh sedikit tersenyum karena ternyata pernikahan itu tidak se-indah yang dibayangkan. Buktinya banyak orang yang menikah akhirnya berangan-angan menjomblo kembali dengan bercerai. Semua indah pada waktunya, indah dengan apa yang diberikanNya. Boleh berbeda tetapi tetap satu jua.. hehehe (Jomblo atau Menikah mempunyai kesusahan dan kesenangan masing-masing). Kisah perceraian banyak terjadi. Ada yang bercerai karena mertua, bercerai karena orang ketiga, bercerai karena beda agama, bercerai karena suami kasar, bercerai karena suami pelit, dsb.
Setelah menikah hampir 7 tahun, saya melihat kebahagiaan pernikahan itu adalah kerja sama antara dua orang. Menikah adalah kesepakatan jangka panjaaaang yang ada bom waktunya. Bom waktu pernikahan berbunyi bila:
· Bila hanya seorang yang berjuang maka yang satunya akan terlalu ‘lelah’ untuk mempertahankan.
· Ada pihak ketiga (sahabat, saudara, orangtua dan lakor/binor) membenarkan sepihak dan ikut campur yang berlebihan. Nasehat org ketiga siapapun itu,BELUM TENTU BENER!, karena masalah pernikahan tentunya sangat personal sama-sama salah, ya sama-sama benar.
· Dalam pernikahan, sikap saling (menghargai, menemani, mensupport, dll) itu harus. Kesadaran untuk ‘saling’ ini menciptakan kenyamanan dan mengisi satu sama lain. Pernikahan yang sehat sudah seharusnya menjadi tempat untuk bertumbuh karekter masing-masing menuju kebaikan. Sifat egois membuat seseorang membunuh karakter pasangannya adalah tidak baik. Terlalu mengalah juga akan melelahkan diri yang berlebihan. Seperti sebuah puzzle yang harus dicocokkan untuk bersatu (sisi satu harus berkurang, sisi lainnya menambahi) begitu juga sikap saling ini akan memperkuat satu sama lain.
Apabila kita dekat, berbisik saja dengar tetapi bila jauh kita akan cenderung berteriak. Begitu juga dalam pernikahan, komunikasi adalah esensi sangat penting dalam pernikahan itu.
Komunikasi tidak sekadar berbicara dan mendengarkan, memahami pribadi dan masa lalu seseorang merupakan hal penting. Dengan menyadari pribadi dan masa lalu seseorang, pasangan akan lebih mengerti alasan seseorang melakukan hal yang tidak sesuai dengan dia.
Bercerai kita runtuh, bersatu kita teguh. Apabila pasangan sudah memiliki anak, semboyan ini sangatlah penting. Tuhan sang pencipta mempertemukan kita dengan pasangan pasti ada maksud baik untuk perkembangan diri kita.
Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, melihat kelebihannya terus menerus memperkuat rasa cinta dihati setelah itu berusaha perbaiki komunikasi. Itu yang saya berusaha lakukan.
Supaya kuat mempertahankan pernikahan, banyak berdoa untuk melihat sisi baik pasangan sangat membantu 😊 mengobati hati ini. Bila kita melihat kekurangan dan pendapat pribadi yang tidak sesuai, kadang menzolimi kita dalam pemaksaan kehendak (uuhhh sakitnya disini). Hehe namanya pernikahan ya sakit-sakit nikmat.
Ketenangan dalam doa mampu merefresh hati yang galau untuk membuat keputusan yang tepat.
Hidup ini milik kita, pernikahan ini punya kita, kebahagiaan pernikahan adalah hak kita.
Ajarkan kami menerima perbedaan yang ada dan tetap berjalan seiringan sampai maut memisahkan kita (biarkan dunia milik kita berdua sehingga kita bisa terus saling mempercayai dan dipercayai, kesepakatan hanya milik kita).
Ini sekadar celoteh, yang mengaplikasikannya sulit-sulit, gampang…
Semua tidak hanya tentang saya saja tetapi tentang pasangan saya juga.
Semoga pernikahan saya langgeng menjadi proses hidup yang saling membangun dan memperbaiki kondisi masing-masing.
Aku tidak sempurna dan karenamulah aku sempurna! (Ciee-ciee so sweet bener!)
Pernikahan itu proses belajar dalam kehidupan yang sifatnya terus-menerus. Jika kita sungguh-sungguh mencintai pasangan kita, kita kana ma uterus belajar dan menyesuaikan komunikasi kita dengan pasangan kita.
Share via Facebook