PERBEDAAN PSIKOLOG DENGAN PSIKIATER


Setiap manusia di antaranya saya pribadi, pasti pernah mengalami perasaan yang menyakitkan, sedih dan perasaan tidak berharga, menangis berlebihan tidak pernah berhenti (setiap ada kesempatan sendiri selalu menangis, mau ada sebab atau pun tidak ada sebab). Itu menunjukkan saya mengalami gejala depresi. Dan pasti ketika bingung ada sesuatu yang “tidak beres” di dalam diri kita apakah itu di dalam diri kita mengalami Gangguan Jiwa seperti Depresi, Bipolar, Schizophrenia atau Gangguan Kepribadian. Kemana seharusnya kita memeriksa atau mengechek kondisi kejiwaan kita?.

Ada 2 profesi yang sama-sama berhubungan mengenai penanganan kejiwaan manusia, yaitu : Psikolog dan Psikiater. Kedua profesi ini memiliki tujuan : membantu seseorang yang memiliki masalah di dalam kehidupannya yang berhubungan dengan trauma, luka batin, rumah tangga, anak, pernikahan, dan lain sebagainya. Dan kebanyakan banyak orang bingung perbedaan dari kedua profesi tersebut (mengenai psikolog dan psikiater).

Psikolog adalah seseorang yang menempuh pendidikan di bidang psikologi seperti contoh misalnya mengambil gelar Master dan mengambil studi psikologi profesi, bidang industri, bidang klinis manusia dewasa atau anak-anak, dan  pendidikan.
Gelar untuk Psikolog : M.Psi atau Psi.

Sedangkan Psikiater merupakan Dokter yang khusus melanjutkan S2  dalam bidang Psikiatri, dan mendapat gelar dalam bidang Spesialis Kesehatan Jiwa. Pada psikiater memiliki gelar Dr. dan Sp.KJ (Spesialis Kesehatan Jiwa).

Dari pengertian dan gelarnya saja sudah berbeda ya, dan ada beberapa perbedaan lainnya antara Psikolog dan Psikiater, yaitu :


1.    Praktek Pekerjaan

Seorang Psikolog ataupun lulusan Master dari Psikologi Profesi, akan mendapatkan izin praktek yang dapat digunakan sebagai untuk membuka biro konsultasi pribadi. Psikolog juga akan mendapat haknya untuk menggunakan dan mengoperasikan alat-alat tes Psikologi dan menunjukkan hasilnya kepada klien. Sehingga Psikolog dapat dikatakan sebagai praktisi psikologi.

Sedangkan Psikiater, dapat memberikan terapi obat-obatan pada klien, karena Psikiater lulusan fakultas kedokteran sehingga dapat menangani secara klinis.


2. Metode Yang Digunakan

Psikolog menggunakan metode-metode Terapi Psikologis yang di sebut Psikoterapi. Saat melakukan Terapi, Psikolog lebih mengandalkan keterampilan sosial.

Sedangkan Psikiater selain mengandalkan konseling tetapi juga memanfaatkan kompetensi (kemampuan) sebagai seorang Dokter yang dapat memberikan Farmakoterapi kepada klien.


3. Masalah Yang Ditangani

Psikolog biasanya menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya : Masalah pernikahan, perceraian, perselingkuhan, dan tentang anak-anak atau menemukan jati diri remaja, masalah pekerjaan, motivasi untuk meningkatkan kepercayaan diri, dan lain sebagainya.

Sedangkan Psikiater menangani masalah-masalah yang memiliki keterkaitan Psikologi yang lebih berat lagi : Depresi dalam tahap berat (keinginan bunuh diri yang terlalu sering), Bipolar, Schizophrenia, Halusinasi, Delusi, dan lainnya yang memang membutuhkan penanganan lebih dari konseling. Dan biasanya lebih membutuhkan obat-obatan untuk proses Terapinya.


4. Psikolog Untuk Kesehatan Mental, Sedangkan Psikater Untuk Pencegahan, Diagnosis Dan Terapi Penyakit Mental

Psikolog memiliki spesialisasi atau kemampuan dalam meningkatkan kesehatan klien yang dimilikinya. Psikolog dalam bidang apapun di antaranya bidang klinik, konseling, sosial, maupun neuropsikologis.

Sedangkan Psikiater harus dihadapkan dengan penyakit mental. Ada beberapa jenis psikiater yang ada, mulai dari psikiater forensik, neuropskiatrik, dan psikiater yang membantu pasien yang mengalami kecanduan dari obat-obatan terlarang (narkoba) atau kecanduan jenis obat-obatan untuk mudah tidur dengan dosis yang tinggi.


5. Pandangan Dari Sisi Psikolog dan Psikiater

Psikolog menyimpulkan jika manusia memiliki kemampuan berpikir serta menentukan apapun yang terbaik untuk dirinya sendiri. Peran Psikolog adalah untuk membuka wawasan baru, sudut pandang positif dan optimis, serta memberikan pandangan yang mengarahkan seseorang agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan mandiri (mandiri secara emosional).

Sedangkan Pskiater menyimpulkan jika masalah kejiwaan pada manusia disebabkan karena adanya ketidakseimbangan dari fungsi fungsi fisiologis, misalnya seperti hormon, kelainan senyawa kimia dalam otak, neutrotransmitter, dan lainnya. Sehingga membuat Psikiater cenderung untuk menggunakan obat-obatan sebagai salah satu bentuk Terapi.

Saya akan menambahkan perbedaan antara Psikolog (Psikolog Klinik), Psikiater dan Konselor menurut seorang Psikolog dan Peneliti Dunia yaitu : ALAN L. PORTER, Perbedaannya adalah :

- KLINIS PSIKOLOG :
* Menggunakan berbagai Teori Psikologi dari teori belajar hingga Psikologi Kognitif
* Berbagai klien yang dirujuk oleh profesional kesehatan lain
* PhD atau kualifikasi spesialis setara dalam psikologi klinis


- PSIKIATER :
* Model medis
* Berbagai klien yang dirujuk oleh dokter medis lain
* Gelar dalam bidang kedokteran dan spesialisasi medis lebih lanjut


- KONSELOR :
* "Obat Berbicara", yang dapat diinformasikan oleh psikoanalisis atau psikologi humanistik
* Referensi diri dan kemungkinan rujukan dari profesional kesehatan, guru, penasihat sumber daya manusia dan sebagainya
* Pelatihan dan kualifikasi spesialis terapis tertentu


Dan kapan waktu yang tepat untuk berkonsultasi kepada Psikolog dan Psikiater? Menurut pendapat saya : ketika pikiran, perasaan dan tindakan sudah menunjukkan gejala yang tidak normal, seperti keinginan bunuh diri yang terlalu sering, menangis berlebihan tanpa sebab yang pasti, hubungan dengan orang lain menjadi kacau dan sering selisih paham (hubungan sosial antara keluarga, teman, rekan kerja memburuk), sering menyakiti diri sendiri dengan benda tajam, emosional dan lain sebagainya. Jangan perdulikan ucapan orang lain tentang "image" bahwa yang pergi berobat ke Psikolog atau Psikiater adalah "orang gila". Anda ke Psikolog atau Psikiater karena sebagai bentuk rasa cinta dan perduli kepada diri Anda sendiri.

Ani Rahmawati...