Menjadi seorang orangtua yang selalu bersikap lemah lembut, penuh perhatian dan kasih sayang kepada anak tentu sangat didambakan setiap keluarga. Seharusnya menjadi orangtua adalah kebahagiaan terbesar bagi pasangan ketika mereka memutuskan untuk berkomitmen dalam sebuah pernikahan. Namun sayangnya perjalanan menjadi orangtua yang ideal tak selalu mulus.

Seringkali orangtua melakukan tindakan yang dianggap tidak ideal dalam pengasuhan anak. Membentak, suka berteriak, hingga memberikan hukuman dalam bentuk kekerasan fisik yang dilakukan. Para orangtua ini seringkali bukan tak paham bahwa yang mereka lakukan salah. Namun, apa yang mereka lakukan seolah tak bisa dihentikan kemudian berlanjut menyesal, tetapi akan diulang kembali di lain waktu. Hal ini membuat suasana keluarga menjadi tidak membahagiakan.

Ternyata pengasuhan yang buruk merupakan siklus yang berasal generasi sebelumnya. Innerchild bisa menjadi salah satu penyebab orangtua tidak bisa menikmati perannya. Sebagai sebuah jiwa dari masa lalu, keberadaan innerchild tentu berpengaruh pada kepribadian seseorang di masa sekarang. Innerchild negatif di masa kanak-kanak ternyata memiliki efek yang destruktif. Hal ini dapat menjadi sebuah siklus jika tidak berusaha diputuskan.

Kondisi yang tidak ideal dalam pengasuhan anak harus segera diperbaiki. Idealnya, orangtua wajib mengenali diri mereka sendiri sebelum menikah. Namun, jika sudah terlanjur memiliki anak tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Mengasuh innerchild menjadi salah satu alternatifnya. Untuk memutus rantai pengasuhan yang negatif ini, orangtua harus menyadari apa yang terjadi pada mereka.

Sudah saatnya untuk memulai mengasuh innerchild demi mendapatkan kebahagiaan diri dan menjadi orangtua yang ideal bagi anak-anak. Hal-hal yang bisa dicoba untuk dilakukan adalah

1. Berdamai dengan Masa Lalu

Berdamai dengan diri sendiri dan masa lalu yang negatif memang bukan hal yang mudah. Terutama jika di masa lalu pernah disakiti baik secara fisik maupun verbal, pasti akan meninggalkan bekas yang sulit dilupakan. Namun, dengan mencoba mengenali rasa sakit yang pernah dirasakan kemudian menerimanya bahwa memang pernah merasakan dan berdamai dengan rasa itu perlahan bisa mengubah mindset kita tentang masa lalu. Jangan menyangkal keberadaan innerchild negatif karena hal ini membuat kita melakukan tindakan yang sama kepada buah hati. Ketika anak melakukan kesalahan yang sama maka kita sebagai orangtua akan menghukumnya dengan cara yang sama pula. Inilah yang kemudian membentuk sebuah siklus yang sulit untuk diputus.

2. Mulai Memaafkan dan Mencoba untuk Melepaskan

Ego dan kemarahan yang terus dipelihara tidak akan memberikan ketenangan tetapi akan semakin membakar diri sendiri. Mulai memaafkan adalah jalan keluar terbaik untuk melepaskan semua kemarahan dan mulai hidup damai. Kesalahan orangtua yang dilakukan di masa lalu bukan semata mereka tidak sayang. Bisa jadi karena pengetahuan parenting mereka yang terbatas sehingga mendidik yang mereka pahami adalah yang mereka terapkan saat itu. Memang memaafkan bukan sesuatu hal yang mudah. Butuh berdamai dulu dengan masa lalu baru kemudian bisa memulai diri untuk memaafkan masa lalu yang buruk dan melepas semua energi negatif yang menyertainya.

3. Mengidentifikasikan Karakteristik Innerchild yang Dimiliki

Innerchild sejatinya adalah bagian dari jiwa masa kecil yang masih terjebak hingga dewasa. Innerchild memiliki berbagai karaktetristik. Karakteristiknya bisa negatif bisa pula positif. Kenali terlebih dahulu bagaimana karakteristik yang dimiliki. Karakteristik innerchild negatif misalnya pada anak yang mengalami trauma mendalam sehingga menimbulkan luka seperti yang lazim dialami anak-anak yang memiliki orangtua bercerai, kurang perhatian, mengalami bullying, hingga kekerasan oleh orangtua atau orang terdekat lainnya baik secara fisik maupun verbal. Trauma ini secara jangka panjang menimbulkan perasaan takut ditinggalkan, diliputi kecemasan, kesepian, tidak berdaya, hingga mudah marah, kasar dan menentang. Sayangnya tanpa disadari akan mengulang tindakan orang dewasa di masa lalu kepada anak mereka jika innerchild tidak diasuh dengan baik. Sebaliknya jika innerchild yang dimiliki bersifat positif, maka akan menimbulkan perasaan bebas dari rasa cemas, penuh kasih sayang, lemah lembut dalam mendidik anak.

4. Merangkul dan Melindungi Innerchild yang Dimiliki

Innerchild negatif sebagai bentuk trauma masa lalu harus diterima dengan baik bukan untuk dihindari. Ketika diri sudah bisa menerima dan memaafkan masa lalu. Langkah selanjutnya adalah merangkul dan melindungi innerchild tersebut, bukan menolak atau menghindarinya karena mereka tak bisa "diusir". Terima keadaan innerchild apa adanya, asuh dengan baik dan jauhi lingkungan yang sekiranya bersifat toksik atau mampu membuka lagi luka yang belum sembuh.

5. Memenuhi Kebutuhan yang Innerchild Tidak Dapatkan di Masa Lalu

Jika diri sudah berhasil merangkul innerchild dalam diri, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memenuhi kebutuhannya. Jika diibaratkan innerchild adalah seorang anak kecil, maka apa saja hal yang ia butuhkan akan dipenuhi saat ini. Jika dahulu orangtua kurang memberikan perhatian, maka saat ini buatlah ia dipenuhi kasih sayang dengan sering bersikap lembut kepada diri sendiri. Melakukan self talk "saya menyayangimu" pada diri sendiri bisa memenuhi kebutuhan innerchild akan kasih sayang. Jika di masa lalu dididik cara otoriter, keras, kurang menghargai. Maka kini saatnya selalu memberikan penghargaan dan pujian. Katakan pada diri sendiri bahwa dia istimewa, berprestasi.

6. Saling Berbagi Atas Apa yang Dirasakan Bersama Pasangan

Langkah terakhir dalam usaha mengasuh innerchild orangtua adalah saling berbagi perasaan dengan pasangan. Bagaimana pun, pasangan saat ini adalah orang terdekat yang diharapkan bisa mengerti bagaimana perasaan satu sama lain. Siapkan waktu rutin untuk saling berbicara dan mencari solusi bersama, saling memberikan perhatian sehingga bisa saling membantu memenuhi kebutuhan emosional pasangannya.

Innerchild memiliki efek destruktif bagi kepribadian dan mampu menggerus kebahagiaan keluarga. Padahal untuk membentuk keluarga yang bahagia dibutuhkan kedua orangtua yang sudah mampu menerima dirinya, masa lalunya, dan tentunya bahagia untuk dirinya sendiri. Oleh karena ini sangat dibutuhkan kemampuan mengasuh innerchild demi meraih kebahagiaan keluarga. Putuskan rantai pengasuhan negatif dengan mulai menerima dan merangkul innerchild sebagai sebuah bagian dari diri sendiri.

 

Penulis : Ratna Pillar